Rabu, 31 Desember 2014

Sekilas, KH. Ahmad Dahlan, Pendiri Muhammadiyah.

KH. Ahmad Dahlan
KH. Ahamd Dahlan lahir di Yogyakarta pada tanggal 1 Agustus 1868. Anak ke-empat dari tujuh bersaudara. Ayahnya KH. Abu Bakar, seorang ulama dan Khatib terkemuka di Masjid Besar Kasultanan Yogyakarta pada masa itu, sedangkan ibunya adalah putri KH. Ibrahim bin KH. Hasan. KH. Ahmad Dahlan adalah tokoh pembaharu Islam dari Kauman, Yogyakarta, beliau adalah pendiri Muhammadiyah. 

Nama asli Ahmad Dahlan adalah Muhammad Darwisy. Darwisy kecil mendapat pendidikan langsung dari ayahnya. Darwisy kecil sangat giat dan cerdas, ia selalu mencurahkan pikirannya untuk mempelajari hadist, fiqih, bahasa Arab, dan ilmu agama lain. Menjelang dewasa, ia mendalami ilmu agama kepada Ulama-ulama besar waktu itu, diantaranya adalah KH. Muhammad Shaleh Darat dari Semarang, Syaikh Muhammad Jamil Jambek dari Bukittinggi, dan juga dari ulama-ulama besar lain masa itu.
 
Tak puas dan selalu dahaga akan ilmu, akhirnya pada tahun 1888, Darwisy pergi Haji dan belajar agama Islam lebih mendalam di Mekah, dan ketika kembali ke kampungnya, Darwisy berganti nama menjadi Ahmad Dahlan. Pada tahun 1903, KH. Ahmad Dahlan kembali pergi ke Mekah dan menetap selama 2 tahun di sana. Pada masa ini KH. Ahmad Dahlan sempat berguru kepada Syaikh Ahmad Khatib Minangkabau yang juga guru KH. Muhammad Hasyim Asy`ari, sang pendiri NU. Pada periode ini pula, KH. Ahmad Dahlan mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran pembaharu Islam, seperti Muhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha dan Ibnu Taimiyah.

Sepulang dari Mekah yang pertama, KH. Ahmad Dahlan menikah dengan Siti Walidah, sepupunya sendiri, anak Kiai Penghulu, Haji Fadhil. Dari perkawinannya tersebut, KH. Ahmad Dahlan dikaruniai enam orang anak. Disamping itu, KH. Ahmad Dahlan pernah pula menikahi Nyai Abdullah (Janda Haji Abdullah), Nyai Rum (adik Kiai Munawwir Krapyak), beliau juga mempunyai putra dari perkawinannya dengan Nyai Aisyah (adik Ajengan Penghulu Cianjur), dan Nyai Yasin Pakualaman, Yogyakarta.

Setelah kembali dari Mekah yang pertama pada tahun 1888, beliau mulai membenahi posisi kiblat di Kauman. Sebelumnya arah kiblat belum tepat, sehingga beliau dan kawan-kawan memberanikan diri untuk memperbaikinya. Meski hal itu cukup sederhana, namun beliau mendapatkan penolakan dan tentangan yang berat dalam mengupayakan pembenahan arah kiblat Masjid Sultan Yogyakarta. Karena gagal memperbaiki arah kiblat Masjid Sultan Yogyakarta dan Masjid-masjid lain di sekitar Kauman, beliau hanya menerapkan pada langgar beliau sendiri sehingga hanya langgar beliau yang beliau terapkan dengan letak kiblat yang tepat. Tapi, langgar beliau malah dirobohkan atas perintah KH. Muhammad Halil.

Karena kecewa, KH. Ahmad Dahlan kemudian memutuskan untuk pergi meninggalkan kampungnya. Namun, kakak iparnya, KH. Shaleh, berusaha mencegahnya, menabahkan beliau dan membangunkan kembali Langgar beliau yang telah rusak.

Sebagian penentangnya mengatakan, bahwa ajaran KH. Ahmad Dahlan telah sesat, dan ia telah murtad. Lebih dari itu, KH. Ahmad Dahlan juga dikatakan sebagai kiai Kristen bahkan banyak yang mengatakan beliau adalah kiai kafir, karena telah mendirikan sekolah dengan cara-cara yang baru, seperti cara orang-orang Kristen dari Portugis. Misalnya, mengizinkan orang laki-laki shalat mengenakan celana panjang tanpa mengenakan sarung.

Keadaan lambat laun mulai berubah, sejak beberapa lama setelah KH. Ahmad Dahlan menggantikan ayahnya sebagai Khatib tetap di Masjid Sultan, sejak itulah beliau mulai diakui keilmuannya oleh kiai-kiai lain.

Beliau aktif dalam kegiatan bermasyarakat dan berorganisasi, diantaranya beliau tergabung dalam organisasi Jamaat Khair, Budi Utomo, Syarikat Islam, Dan Komite Pembela Nabi Muhammad Saw. Sebelum mendirikan Muhammadiyah, beliau pernah mengajar agama di kampungnya sendiri, beliau juga pernah mengajar di sekolah Negri, seperti Kweek School di Jetis Yogyakarta, dan Opleiding School Voor Inlandsche Ambtenaren (OPSIA), sebuah sekolah pendidikan untuk Pegawai Pribumi di Magelang.

KH. Ahmad Dahlan ingin mengadakan suatu pembaharuan cara berpikir dan beramal menurut tuntunan agama Islam, murni menurut tuntunan Al-Qur`an dan Hadist. Yang kemudian padatanggal 18 Nopember 1912 beliau mendirikan sebuah organisasi, yaitu Muhammadiyah, di kampung Kauman, Yogyakarta.

Sejak awal, KH. Ahmad Dahlan telah menetapkan, bahwa Muhammadiyah bukan organisasi politik, tetapi bersifat sosial dan bergerak dibidang pendidikan. Selain beliau sendiri, ada beberapa tokoh dan Ulama lain yang terlibat dalam pendirian Muhammadiyah pada waktu itu. Gagasan pendirian Muhammadiyah adalah untuk menghimpun kembali Umat islam untuk mengikuti jejak Nabi saw. Dan menegakkan kembali kemurnian ajaran Islam, membersihkan tauhid dari segala macam takhayul, bid`ah dan khurafat yang menjangkiti kehidupan Umat Islam pada waktu itu. Perjuangan KH. Ahmad Dahlan mendapat banyak resistensi dan banyak menimbulkan kontrofersi, baik dari keluarga maupun dari masyarakat sekitarnya. Berbagai fitnah, tuduhan dan hasutan datang bertubi-tubi kepada beliau, beliau dituduh hendak mendirikan agama baru yang menyalahi agama Islam. Ada yang menuduhnya sebagai kiai kafir, karena meniru bangsa Belanda yang Kristen, dan berbagai macam tuduhan lain yang mengarah padanya. Bahkan ada pula yang hendak membunuh beliau. Namun, berkat keteguhan beliau melanjutkan cita-cita dan perjuangan pembaharuan Islam di tanah air, rintangan-rintangan tersebutpun mampu beliau hadapi dengan sabar.

Pada tanggal 20 Desember 1912, KH. Ahmad Dahlan mengajukan permohonan kepada pemerintah Hindia Belanda untuk mendapatkan Badan Hukun, namun permohonan itu baru dikabulan pada tahun 1914, dengan Surat Ketetapan Pemerintah No.81 tanggal 22 Agustus 1914. Izin itu hanya berlaku untuk daerah Yogyakarta, dan Muhammadiyah pun hanya boleh bergerak di daerah Yogyakarta saja. Pemerintah Hindia Belanda khawatir akan perkembangan organisasi ini, itulah sebabnya kegiatannya di batasi.

Walaupun Muhammadiyah dibatasi, di daerah lain di Jawa berhasil berdiri cabang-cabang Muhammadiyah dengan menggunakan nama lain. Gagasan Muhammadiyah disebarluaskan oleh KH. Ahmad Dahlan dengan mengadakan dakwah dan Tabligh ke berbagai kota, dan ternyata mendapatkan sambutan yang besar dari masyarakat di berbagai kota di Nusantara, Ulama-ulama dari berbagai daerah berdatangan untuk menyatakan dukungan terhadap Muhammadiyah. Makin lama, Muhammadiyah terus berkembang. Oleh karena itu pada tanggal 7 Mei 1921, KH.Ahmad Dahlan mengajukan permohonan kepada Pemerintah Hindia Belanda untuk mendirikan cabang-cabang Muhammadiyah di seluruh Nusantara, dan dikabulkan pada tanggal 2 September 1921. Pada tahun 1914, KH. Ahmad Dahlan bersama istrinya, Nyai Siti Walidah, juga mendirikan sebuah Organisasi kewanitaan Muhammadiyah dengan nama “Sopo Tresno” yang kemudian berubah namanya menjadi “Aisyiah”.

Disamping sebagai tokoh dan Ulama yang terkemuka, KH. Ahmad Dahlan adalah juga seorang wirausahawan yang sukses dengan berdagang batik.

Tak berapa lama setelah KH. Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah, 11 tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 23 Februari 1923, beliau wafat dan dimakamkan di Karangkajen Yogyakarta. Beliau selalu berpesan, dan pesan ini selalu diulang-ulang sepanjang hidup beliau; “Hidup-hidupilah Muhammadiyah, jangan mencari hidup dari Muhammadiyah.”

Atas jasa-jasa KH. Ahmad Dahlan dalam membangkitkan kesadaran bangsa ini melalui gerakan pembaharuan Islam dan pendidikan, maka pemerintah Republik Indonesia menetapkan beliau sebagai Pahlawan Nasional, dengan Surat Keputusan Presiden No.657 tahun 1961. 

* Diolah dari berbagai sumber.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar