Sabtu, 03 Oktober 2015

Kisah Imam Hanafi dan Bocah Bersandal Kayu

Dalam sebuah kisah, diceritakan sebuah dialog antara Imam Hanafi dengan seorang anak kecil disebuah kota. Siapa sangka, peringatan yang keluar dari lidah anak kecil yang ditemui oleh Imam Hanafi tersebut mampu membuat Imam Hanafi tersungkur menangis. 

Berikut kisahnya, untuk menjadi hikmah buat kita semua, agar kita semua senantiasa bersikap dan bersifat rendah hati dan tawadhu' selalu, baik dihadapan sesama manusia, terhadap lingkungan dan alam sekitar, terlebih dihadapan Allah Swt..

Adalah Abu Hanifah Nu'man bin Tsabit atau yang populer dengan sebutan Imam Hanafi, pendiri Mazhab Hanafi, pernah berpapasan dengan seorang anak kecil yang sedang berjalan disebuah kota dengan menggunakan sandal yang terbuat dari kayu.

"Hati-hati, Nak, dengan sandal kayumu itu, jangan sampai kau tergelincir!" perhatian dan nasehat Sang Imam kepada bocah itu.

Bocah miskin itu pun tersenyum, menyambut perhatian Imam Hanafi tersebut dengan ucapan terimakasih.

"Bolehkah saya tahu nama engkau, Tuan?" tanya si bocah.

"Nu'man", jawab Imam Hanafi.

"Jadi, Tuan lah yang selama ini terkenal dengan gelar Al-Imam Al-A'dham (Imam Agung) itu?"

"Bukan aku yang menyematkan gelar itu. Masyarakatlah yang berprasangka baik terhadapku dan menyematkan gelar itu kepadaku."

Kemudian si bocah itu pun berkata, "Wahai Imam! Berhati-hatilah dengan gelar Tuan itu. Jangan sampai Tuan tergelincir ke neraka gara-gara gelar Tuan itu. Sandal kayu yang saya kenakan ini mungkin hanya akan menggelincirkan saya di dunia. Tapi gelar Tuan itu dapat menjerumuskan dan menggelincirkan Tuan ke kubangan api yang kekal jika kesombongan dan keangkuhan menyertainya."

Ulama sekaliber Imam Hanafi, yang keilmuannya diakui dan diikuti oleh banyak umat Islam itu pun seketika itu juga tersungkur menangis. Namun dalam benaknya, Imam Hanafi bersyukur. Beliau tidak menyangka peringatan datang dari lidah seorang bocah. Masya Allah... (Narasi cerita dikutip dari majalah Walsama Media.)



~ ~ ~ o O o ~ ~ ~


Mari kita perrhatikan secara seksama kisah tersebut diatas. Ini adalah kisah yang sangat menarik. Kisah ini memberi pelajaran buat kita semua bahwa ilmu, pelajaran, bahkan nasehat, dapat kita peroleh dari mana saja. Bahkan dari ucapan polos seorang bocah sekalipun. 

Tentu tidak mudah untuk menangkap dan menerima begitu saja hikmah dan nasehat yang terucap dari mulut seorang bocah, seorang anak kecil yang polos dan lugu, namun dalam kisah ini menunjukkan bahwa betapa tawadhu' nya Imam Hanafi, betapa pekanya Imam Hanafi, beliau welcome terhadap nasehat dari siapa saja, bahkan dari ucapan anak kecil yang beliau temui di jalan.

Hikmah dan pelajaran yang dapat kita petik dari kisah ini. Kisah ini bolehlah menjadi bahan renungan bagi kita semua yang hidup pada generasi dimana kesombongan dan keangkuhan tengah membudaya ini. Bahan renungan untuk kita meninjau kembali perilaku-perilaku dan tindakan-tindakan kita sehari-hari. Kisah diatas bolehlah menjadi bahan renungan untuk kemudian menjadi penggerak diri untuk kita berintrospeksi yang kemudian berlanjut pada upaya untuk perbaikan diri, upaya untuk lepas dari sikap dan sifat angkuh dan sombong, serta upaya untuk memperkuat kepekaan diri kita agar kita dapat dengan mudah dan ikhlas menangkap dan menerima nasehat-nasehat dan hikmah-hikmah dari siapapun di sekitar kita. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar