Rabu, 01 Juli 2015

Tadabbur: Filosofi dan Pelajaran dari Sebuah Gunung.


Filosofi gunung: 
Terlihat megah dari kejauhan, 
semakin tak terlihat saat kita dekati.
Tentu kita tidaklah asing dengan pepatah klasik yang mengatakan, "Semut di seberang lautan, tampak. Gajah di pelupuk mata, tidak tampak". Menurutku itu adalah sebuah perumpamaan yang rasional. Kenapa rasional? Ya, sangat rasional karena fakta di dalam kehidupan memang seringkali demikian, bukan hanya benar secara tekstual, namun juga secara kontekstual.

Mengenali pribadi dan karakter orang lain itu jauh lebih mudah daripada saat kita harus mengenal tentang siapa dan seperti apa diri kita sendiri sebenarnya, paling tidak itu yang pernah aku alami. Kita juga seringkali gagal dalam mngenali dan memahami keistimewaan internal pribadi kita, internal rumah tangga, lingkungan kerja, serta lingkungan sosial kita sendiri dan lebih mudah untuk men-judge bahwa "rumput tetangga lebih hijau".

Itulah yang ajaib dari hidup ini, orang dapat dengan mudah mengkaji banyak hal tentang orang lain, tetapi payah dalam mempelajari dan memahami diri sendiri dan apa saja yang ada didekat diri kita sendiri.

Banyak diantara kita sering merasa bahwa kita mempunyai sebuah keluarga yang menurut persepsi kita adalah sebuah keluarga yang biasa-biasa saja, tidak ada yang istimewa. Padahal sudut pandang orang lain mengatakan lain, orang yang justru berada diluar keanggotaan keluarga kita, mereka malah banyak memuji dan mengagumi suasana dan segala hal yang ada dalam keluarga kita. Begitupun sebaliknya, kita cenderung menginginkan dan mengidamkan suasana keluarga seperti yang orang lain rasakan. Dalam lingkungan kerja dan lingkungan sosial masyarakat juga seringkali demikian.

Dalam kehidupan bermasyarakat, kita seringkali mengeluh dengan keadaan lingkungan yang kita tinggali dan justru malah mendambakan suasana lingkungan lain yang belum tentu itu lebih baik dari lingkungan yang kita tinggali saat ini.

Ketika kita tinggal di desa disebuah daerah, kita menginginkan untuk tinggal di kota yang penuh dengan hingar-bigar, begitupun sebaliknya, mereka yang tinggal dikota, mereka juga mendambakan kehidupan yang tenang dan tentram seperti di desa, begitu seterusnya.

Sekali lagi, itulah yang ajaib dari hidup ini, orang dapat dengan mudah mengkaji banyak hal tentang orang lain, tetapi payah dalam mempelajari dan memahami diri sendiri dan apa saja yang justru dekat dengan diri kita sendiri. Dan itu juga yang pernah aku alami.

Sampai suatu hari aku tahu tentang seseorang dalam sebuah diskusi, kemudian beliau mengatakan; 

“Supaya Anda mudah untuk mengenali diri Anda sendiri dan segala sesuatu yang ada disekitar Anda, cobalah Anda keluar sebentar dari diri Anda sendiri, cobalah Anda keluar sejenak dari lingkungan Anda berada, dan lihatlah diri Anda dari luar, letakkan dan posisikan diri Anda seolah-olah Anda adalah orang lain. Lalu 'kaji' dia sebagaimana Anda mengkaji orang lain, perhatikan dia seperti Anda memperhatikan orang lain, puji dan cela dia sebagaimana Anda memuji dan mencela orang lain. Dengan cara itu, insyaa Allah, sedikit demi sedikit Anda dapat mengetahui kemudian mengenali diri Anda sendiri atau apapun yang sedang Anda amati sebagaimana orang lain mengenali dan memahami diri Anda. Selama diri manusia masih berada di dalam dirinya sendiri, manusia akan sulit bahkan tidak mampu untuk mengenali dirinya sendiri".

Itupun sulit untuk diterapkan. Tapi mungkin memang harus demikian. Juga ingat, seseorang juga pernah mengungkapkan hal yang serupa, beliau memberi gambaran; 

”Kita akan kesulitan bahkan tidak akan mampu melihat betapa besar dan megah sebuah gunung diciptakan oleh Allah Swt. dibumi ini apabila kita berada diatas gunung itu sendiri. Bahkan, dari tempat terdekat seperti itu sekalipun mustahil kita melihat gunung itu, padahal dari sana kita bisa melihat rumah-rumah dan lain sebagainya di bawah sana yang jauhnya berkilo-kilometer. Namun cobalah kita lepas dan menjauh dari gunung itu. Perhatikanlah gunung itu dari tempat yang jauh, betapa besar dan megah ciptaan-Nya itu terlihat dengan jelas dari sana, bukan ?"

Tidak tampak ada gunung, hanya hutan, 
padahal kita berada didalam gunung itu sendiri.
Masya Allah...

Selama diri manusia masih berada di dalam dirinya sendiri, dan kekeh terhadap sifat dan sikap ke-aku-annya, manusia justru akan sulit bahkan tidak mampu untuk mengenali dirinya sendiri. Wallaahu a'lam...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar