Lahir dengan nama asli Wiji Widodo, kemudian dikenal dengan nama Wiji Thukul, lahir di Solo, Jawa Tengah pada tahun 1963. Inilah film tentang dirinya, satu film berkualitas karya anak negri yang rilis di awal tahun ini; "Istirahatlah Kata-Kata", sebuah film based true story yang menceritakan tentang sepak terjang sosok seorang Wiji Thukul. Film yang sangat recommended untuk kita tonton, kususnya untuk kita yang berjiwa muda dan idealis.
Wiji Thukul adalah seorang aktivis, penyair yang kritis terhadap ketidakadilan penguasa rezim orde baru. Rezim Soeharto telah 30-an tahun memegang pemerintahan di Indonesia dan mematikan demokrasi. Puisi-puisi Wiji lugas dan selalu diteriakkan dalam demonstrasi-demonstrasi melawan rezim yang berkuasa.
Pada Juli 1996, pecah kerusuhan di Jakarta, Wiji Thukul dan beberapa aktivis pro-demokrasi ditetapkan sebagai tersangka pemicu kerusuhan. Wiji lalu melarikan diri ke kota Pontianak. Selama hampir 8 bulan di Pontianak, Wiji tinggal berpindah-pindah rumah bahkan tinggal bersama dengan orang-orang yang sama sekali belum dia kenal sebelumnya.
Wiji Thukul mengawali pelariannya dengan tekanan dan ketakukan karena status baru menjadi buronan. Namun, dalam pelarian dan persembunyiannya, Wiji tetap menulis syair, puisi dan beberapa cerpen dengan menggunakan nama pena lain. Dalam pelariannya, Wiji Thukul juga berganti identitas untuk mengelabui administrasi negara, tercatat Wiji menggunakan beberapa nama di dalam pelariannya.
Bait-bait kata karya Wiji Thukul yang begitu mendalam diantaranya adalah, "Menjadi diri sendiri, adalah tindakan subversi di negeri ini", serta pekik syair dalam setiap orasinya yang terkenal dalam demonstrasi, "... maka hanya ada satu kata; Lawan!"
Di Solo, Siti Dyah Sujirah, yang akrab disapa Sipon, istri Wiji Thukul, hidup bersama dua anaknya. Sipon ditekan oleh pihak-pihak pro-rezim, rumahnya diawasi oleh polisi, intel, dan tentara, koleksi buku-buku yang tersimpan dirumahnya disita dan beberapa kali Sipon digelandang ke kantor polisi untuk diinterogasi. Mei 1998, Wiji Thukul hilang, sebulan sebelum Soeharto diturunkan oleh rakyatnya sendiri, dan tak pernah diketahui keberadaannya hingga saat ini.
Film "Istirahatlah Kata-Kata" mengangkat kisah hidup Wiji Thukul dan puisi-puisinya. Mengambil setting waktu saat pelarian Wiji Thukul ke Pontianak tahun 1996, serta perjuangan Sipon, istri Wiji Thukul, bersama dua anaknya yang hidup dalam tekanan.
Film ber-genre drama-biografi ini ditulis dan disutradarai oleh Yosep Anggi Noen. Film ini akan rilis dan tayang di bioskop pada 19 Januari 2017. Trailer film ini dapat kita lihat di; 21cinemaplex.com; Trailer Istirahatlah Kata-Kata.
Pada Juli 1996, pecah kerusuhan di Jakarta, Wiji Thukul dan beberapa aktivis pro-demokrasi ditetapkan sebagai tersangka pemicu kerusuhan. Wiji lalu melarikan diri ke kota Pontianak. Selama hampir 8 bulan di Pontianak, Wiji tinggal berpindah-pindah rumah bahkan tinggal bersama dengan orang-orang yang sama sekali belum dia kenal sebelumnya.
Wiji Thukul mengawali pelariannya dengan tekanan dan ketakukan karena status baru menjadi buronan. Namun, dalam pelarian dan persembunyiannya, Wiji tetap menulis syair, puisi dan beberapa cerpen dengan menggunakan nama pena lain. Dalam pelariannya, Wiji Thukul juga berganti identitas untuk mengelabui administrasi negara, tercatat Wiji menggunakan beberapa nama di dalam pelariannya.
Bait-bait kata karya Wiji Thukul yang begitu mendalam diantaranya adalah, "Menjadi diri sendiri, adalah tindakan subversi di negeri ini", serta pekik syair dalam setiap orasinya yang terkenal dalam demonstrasi, "... maka hanya ada satu kata; Lawan!"
Di Solo, Siti Dyah Sujirah, yang akrab disapa Sipon, istri Wiji Thukul, hidup bersama dua anaknya. Sipon ditekan oleh pihak-pihak pro-rezim, rumahnya diawasi oleh polisi, intel, dan tentara, koleksi buku-buku yang tersimpan dirumahnya disita dan beberapa kali Sipon digelandang ke kantor polisi untuk diinterogasi. Mei 1998, Wiji Thukul hilang, sebulan sebelum Soeharto diturunkan oleh rakyatnya sendiri, dan tak pernah diketahui keberadaannya hingga saat ini.
Film "Istirahatlah Kata-Kata" mengangkat kisah hidup Wiji Thukul dan puisi-puisinya. Mengambil setting waktu saat pelarian Wiji Thukul ke Pontianak tahun 1996, serta perjuangan Sipon, istri Wiji Thukul, bersama dua anaknya yang hidup dalam tekanan.
Film ber-genre drama-biografi ini ditulis dan disutradarai oleh Yosep Anggi Noen. Film ini akan rilis dan tayang di bioskop pada 19 Januari 2017. Trailer film ini dapat kita lihat di; 21cinemaplex.com; Trailer Istirahatlah Kata-Kata.
*) Diolah dari berbagai sumber.
Baca artikel lainnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar