Filsuf; Plato (kiri) dan Aristoteles (kanan) menurut lukisan Raffaelo Sanzio tahun 1589 |
Tentu kita
tidak asing lagi dengan kata filsafat. Namun kemudian muncul satu pertanyaan
yang mendasar, yaitu tentang "apa itu filsafat?" dan "apa fokus
kajian filsafat?"
Definition
of Philosophy
Kata
filsafat (bahasa Inggris; Philosophy) berasal dari bahasa Yunani, yaitu
Philosophia. Kata Philosophia sendiri tersusun dari dua kata, yaitu Philein dan Sophia.
Philein artinya adalah mencintai sedangkan Sophia artinya kebijaksanaan atau
dalam bahasa Inggris disebut wisdom. Jadi filsafat dapat dipahami sebagai suatu
tindakan yang melekat pada manusia dimana orang tersebut memiliki sifat dan
perbuatan mencintai kebijaksanaan. Kata 'mencintai' disini kemudian dimaknai
secara luas sebagai sebuah perilaku mencari, mengusahakan, merindukan atau
berusaha meraih. Sedangkan kata 'kebijaksanaan' dimaknai dalam arti luas
sebagai kebenaran, dimana didalam kebenaran itu terkandung cita rasa
intelektual yang tinggi karena bersandar pada nilai-nilai yang bukan hanya bermakna
cerdas tetapi juga bermoral dan berbudi. Jadi singkatnya, filsafat adalah upaya
manusia untuk meraih kebijaksanaan atau kebenaran setinggi-tingginya dan
seluas-luasnya. Seseorang yang ahli dalam filsafat disebut Filsuf.
Kata
'berusaha meraih' perlu ditekankan karena bermakna bahwa yang penting dilakukan
manusia itu adalah "proses mencari" dan bukan "memiliki" untuk mencapai kebijaksanaan yang
dimaksud tadi. Karena seperti diketahui, kebijaksanaan dan kebenaran yang
ideal, yang sesungguhnya, tidak pernah bisa diraih atau dimiliki oleh manusia.
Socrates, misalnya, disebut sebagai orang yang bijaksana karena mengakui bahwa
dirinya belum memiliki dan menjadi orang bijaksana. Maka orang yang mengaku
dirinya bijaksana itulah justru adalah orang yang tidak bijaksana, karena ia
akan berhenti mencari kebijaksanaan yang sesungguhnya yang mungkin lebih tinggi
dan lebih mulia.
Sahabat,
sebagaimana lazimnya sebuah ilmu atau pengetahuan, filsafat juga mempunyai
objek material dan objek formal. Objek material filsafat adalah seluruh
kenyataan alam semesta ini baik yang bersifat materi (kebendaan) maupun yang
bersifat non-materi (bukan kebendaan). Intinya, seluruh hal yang dapat
dipikirkan manusia, maka itulah objek material filsafat. Sedangkan objek formal
atau sudut pandang kajian filsafat itu adalah (sifat) kritis, refleksif, dan
radikal.
Kritis
artinya bahwa orang yang berfilsafat itu tidak mudah menerima sesuatu yang
dikatakan atau disampaikan orang lain sebagai benar seluruhnya atau sebagai
salah seluruhnya. Dalam artian ini, orang yang berfilsafat dapat dipahami
sebagai orang yang tidak selalu berprasangka buruk dan juga tidak selalu
berprasangka baik. Boleh jadi sikap ini mirip dengan sikap waspada. Namun
kewsapadaan ini didorong oleh keinginan yang dalam untuk mencari jawaban atau
rumusan yang lebih baik. Menganggap apa yang disampaikan orang itu baik atau
benar seluruhnya maupun buruk atau salah seluruhnya mengakibatkan kita menutup
peluang diri kita sendiri untuk mencari kebenaran yang paling hakiki.
Demikianlah, maka apapun yang disampaikan orang itu ada benarnya dan juga ada
salahnya tetapi tidak seluruhnya. Oleh karena itu, dengan sikap kritis tadi,
kita senantiasa menciptakan kesempatan dan memupuk peluang untuk mencari
rumusan atau jawaban yang lebih baik atas semua pertanyaan dan pernyataan yang
diajukan.
Kemudian
refleksif; refleksif artinya bahwa proses pencarian kebenaran yang dilakukan
manusia hendaknya berkelanjutan, terus menerus, dan berkesinambungan.
Sedangkan
radikal merupakan efek dari berpikir kritis dan refleksif tadi. Sebagai akibat
dari sikap kita yang tidak mudah percaya pada sikap dan pernyataan orang, maka
kita sampai pada pertanyaan-pertanyaan yang sangat mendasar, mengakar,
fundamental, dan esensial. Kata radikal itu sendiri berasal dari kata radix
yang artinya akar, dasar, atau fundamen. Pertanyaan-pertanyaan mendasar
memerlukan jawaban yang mendasar pula. Jawaban mendasar yang dicari tentu
diharapkan lebih baik.
Dengan
demikian, pengertian kritis, reflektif, dan radikal itu memiliki makna bahwa
orang yang mempelajari filsafat sudah semestinya memiliki sifat open minded dan
optimistik.
Bidang
Kajian Filsafat
Persoalan-persoalan
yang dikaji dalam filsafat mencakup banyak hal, antara lain persoalan
ketuhanan, astrologi, astronomi, ilmu alam, politik, hukum, ekonomi,
ketatanegaraan, dan lain sebagainya. Namun, menurut para ahli, secara garis
besar pemahaman filsafat berangkat dari beberapa pertanyaan; Pertama,
"What can I know?" (Apa saja yang dapat manusia ketahui?) Kedua,
"What ought I to do?" (Apa yang musti manusia lakukan?) Ketiga,
"What may I hope?" (Apa yang dapat manusia harapkan?) Dan keempat,
"What is man?" (Siapakah sesungguhnya manusia itu?).
Metafisika
dan ontologi menjawab pertanyaan pertama. Etika menjawab pertanyaan kedua.
Agama menjawab pertanyaan ketiga. Dan sosiologi-antropologi menjawab pertanyaan
keempat. Namun beberapa ahli menyatakan bahwa semua pertanyaan diatas dapat
digabungkan dan dapat diperhitungkan ke dalam pertanyaan keempat; "What is
man?", yaitu tentang hakikat keberadaan manusia, yang untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan tersebut maka seseorang harus "terus berusaha mencari" dengan mengkaji segala hal. Dengan demikian melekat padanya kebijaksanaaan-kebijaksanaan yang itu tidak membuatnya berhenti "mencari", alih-alih seseorang yang berfilsafat, ia terus menjadi seorang yang pembelajar, open minded, positive thinking, dan optimistik.
Sumber;
- Akhyar Yusuf, Irawan, 2010, Filsafat Sosial,
- Parwitaningsih, dkk, 2014, Pengantar Sosiologi,
- Sumber gambar ilustrasi; id.wikipedia.org, dan
- Diolah dari berbagai sumber.
Baca artikel
lainnya;
Tidak ada komentar:
Posting Komentar