Masyarakat kita, baik masyarakat perkotaan lebih-lebih masyarakat daerah, kususnya kaum mudanya, masih sedikit sekali mereka yang secara kusus memanfaatkan waktu luang maupun waktu kusus mereka untuk membaca, kususnya membaca buku. Apalagi menulis.
Pada dasarnya, membaca adalah sebuah upaya untuk memperkaya khasanah pemikiran. Karena daya ingat otak manusia sangatlah terbatas. Secara otomatis, otak kita akan menyaring informasi-informasi yang masuk dan diterima oleh otak kita untuk dikelola yang kemudian sebagian informasi tersebut disimpan dan kemudian menjadi sebuah pemikiran yang melekat kuat pada setiap manusia. Namun, otak kita juga akan menyaring sebagian informasi yang lain untuk dilupakan dan menghilangkan informasi tersebut dari ingatan.
Oleh sebab itu,
selain membaca kita juga perlu yang namanya menulis, untuk menguatkan dan mengabadikan informasi-informasi
yang diterima oleh otak kita sehingga menjadi pemikiran yang melekat kuat sebagai wawasan yang abadi.
Kemampuan otak kita dalam menyaring informasi-informasi yang masuk
berbeda antara satu orang dengan orang yang lain, tergantung dari daya tangkap dan daya
ingat otak masing-masing setiap orang. Tidak jauh berbeda dengan kemampuan otak dalam
menyaring informasi yang masuk, kemampuan membaca dan mencerna setiap tema
bacaan kita pun juga berbeda-beda. Yang itu dipengaruhi oleh banyak sekali faktor.
Lingkungan sekitar kita mempengaruhi pemikiran kita, keluarga dan sahabat-sahabat kita mempengaruhi pemikiran kita. Apa yang kita lihat, apa yang kita dengar dan apa yang kita alami, itu semua juga mempengaruhi pemikiran kita. Begitupun apa yang kita baca, sangat mempengaruhi pemikiran kita.
Setiap orang tentu mempunyai pemikiran, tergantung pemikiran yang seperti apa yang kita mau dan kita pilih, yang itu juga berkaitan erat dan bergantung salah satunya dengan apa yang kita baca. Setiap orang tentu mempunyai pemikiran, tanpa kecuali, yang membedakan satu orang dengan orang yang lain adalah kuantitas, kualitas, serta hasil dari pemikiran itu sendiri.
Lingkungan sekitar kita mempengaruhi pemikiran kita, keluarga dan sahabat-sahabat kita mempengaruhi pemikiran kita. Apa yang kita lihat, apa yang kita dengar dan apa yang kita alami, itu semua juga mempengaruhi pemikiran kita. Begitupun apa yang kita baca, sangat mempengaruhi pemikiran kita.
Setiap orang tentu mempunyai pemikiran, tergantung pemikiran yang seperti apa yang kita mau dan kita pilih, yang itu juga berkaitan erat dan bergantung salah satunya dengan apa yang kita baca. Setiap orang tentu mempunyai pemikiran, tanpa kecuali, yang membedakan satu orang dengan orang yang lain adalah kuantitas, kualitas, serta hasil dari pemikiran itu sendiri.
Jose Daniel Parera, seorang pakar linguistik terkemuka Indonesia, dalam Kongres Bahasa Indonesia ke-5 di Jakarta tahun 1988, mengatakan:
"Banyak-banyaklah Anda membaca, biarkan ia mengendap dalam benak Anda, suatu saat pemahaman Anda semakin luas dan tiba saatnya Anda harus menulis."
Menulis ibarat sebuah senjata yang harus terus diisi amunisi. Amunisi bagi seorang penulis adalah membaca. Dengan terus membaca, seorang penulis akan dapat dengan mudah menuangkan dan mengembangkan ide-ide dan gagasan-gagasanya ke dalam draft-draft tulisannya. Draft-draft tulisan inilah yang kemudian menjadi sebuah tulisan utuh dan tulisan itulah yang kemudian menjadi buah karya bagi seorang penulis.
Lebih dari itu, bagi kita orang muslim dan umat dari Rasulullah Muhammad Saw., membaca dan menulis adalah sebuah hal yang istimewa. Kenapa? Membaca dan menulis bagi kita orang muslim dan umat dari Rasulullah Saw. adalah sebuah bentuk pengamalan dari firman Allah Swt. sebagai wahyu pertama yang disampaikan kepada Rasulullah Muhammad Saw. melalui malaikat Jibril di gua Hira:
"Wahai Muhammad, bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan manusia. Allah telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Wahai Muhammad, bacalah Al-Qur'an, Tuhanmu adalah Tuhan Yang Mahamulia. Tuhan yang mengajari manusia menulis dengan pena. Tuhan yang mengajarkan kepada manusia hal-hal yang sebelumnya tidak diketahuinya." (Tarjamah Tafsiriyah QS. Al-'Alaq: 1-5)
Membaca dan menulis, keduanya saling berkorelasi antara satu dengan yang lain. Membaca dan menulis adalah dua hal dalam satu kesatuan. Seringkali dan banyak kita jumpai bahwa seorang penulis yang baik dapat dipastikan dia juga adalah seorang pembaca yang baik. Begitupun sebaliknya, seorang pembaca yang baik hampir bisa dipastikan dia juga mampu menulis dengan baik.
Membaca dan menulis adalah kegemaran dan budaya dari ulama-ulama sejak dahulu. Membaca dan menulis adalah kegemaran dan budaya orang-orang hebat di sepanjang jaman. Ulama-ulama terdahulu yang terkenal akan keilmuannya hingga saat ini, bahkan berabad-adad setelah mereka wafat, mereka adalah penulis-penulis handal. Mereka tidak mungkin menjadi penulis-penulis handal yang tulisan-tulisan mereka kita kenal hingga sekarang ini jika tanpa membaca. Mereka adalah penulis-penulis handal yang sangat produktif, mereka menghasilkan karya yang luar biasa dalam bidang kepenulisan, mereka melahirkan berpuluh-puluh bahkan beratus-ratus jilid kitab. Mereka menulis beribu-ribu halaman dalam setiap jilid kitab yang mereka hasilkan. Masya Allah, semua itu adalah hasil dari belajar yang mereka upayakan, hasil dari telaahan mereka terhadap berjilid-jilid kitab yang mereka baca. Masya Allah.
Ingat ungkapan diatas, kawan. Mari banyak-banyaklah kita membaca, terus saja kita membaca dan terus membaca, biarkan ia mengendap dalam benak kita, hingga suatu saat wawasan dan pemahaman kita terus semakin luas dan tibalah saatnya bagi kita untuk menulis. Lillaahi ta'aala.
Wallaahu a'lamu bish shawab...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar